Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri. Menyendiri di tepi tebing bersama senja yang paling redup. Memandang danau indah yang meremang, tapi ia tak melihat indahnya. Ia hanya melihat kesendiriannya
Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri. Mengutuk pada takdir yang tlah merenggut separuh hatinya, ketika wanita yang sanggup menghijaukan hidupnya bersama hari-hari yang membahagiakan sukma.
Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak menagis di hadapan alam. Berusaha tidak mengingkari bahwa ia adalah seorang lelaki yang kuat. Tapi ia telah mengingkari bahwa ia adalah seorang manusia yang juga mempunyai kesedihan, dan berhak untuk menangis.
Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri. Selalu menghampiri malam untuk menyembunyikan bayangan indah masa lalunya bersama bidadari pemuas dahaga. Berfikir bahwa gelapnya malam akan menengelamkan bayangnya yang bahkan dulu selalu di pujanya.
Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri. Mencoba mengetuk pintu-pintu surga, untuk menjemput kembali dia yang telah pergi. Tapi apa daya ia hanya manusia kecil yang tak punya kuasa.
Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri. Berani menghabiskan seluruh malam namun begitu pengecut menghadapi siang. Ia hanya berkubang pada masa lalunya dan berharap menarik kembali sang waktu.
Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri. Hidup tapi bagai tlah terbunuh oleh ketakutan akan masa depan. Terkubur oleh kelemahan dan ketidak berdayaannya dalam menerima kenyataan.
Dia adalah lelaki yang takut akan bayangannya sendiri, Mati di tepi danau dengan kesendirian. Menutup mata tanpa kebanggaan. Meninggalkan dunia tanpa perjuangan. Dan tak dapat mengabarkan padamu bahwa ia menyesal mati dengan penuh kenistaan
0 komentar:
Posting Komentar