Akhirnya kami bisa bertemu kembali setelah terakhir kali berkumpul di acara perpisahan sekolah saat kelulusan di SMP dulu. Beberapa tahun tak ada kontak sama sekali tiba-tiba bisa berkomunikasi kembali berkat karya ”iseng” Mark Zuckerberg di dunia maya dengan ”social networking”nya yang telah kita akrab dengan nama Facebook.
Tak sekedar pendirinya yang menjadi fenomenal karena tiba-tiba menjadi kaya raya, para penggunapun juga menjadi fenomenal karena saking banyaknya masyarakat dunia yang memafaatkan aplikasi tersebut.
Dengan Facebook kita bisa menambah teman baru, mencari teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, melakukan transaksi jual beli atau menawarkan jasa, membentuk opini publik, memperluas pengaruh, atau bahkan membuat orang menjadi terkenal.
Begitu dasyat daya tarik Facebook sehingga berdasarkan statistik Google AdPlanner per November 2010, masyarakat Indonesia didudukkan di peringkat kedua dunia sebagai pengguna terbanyak setelah Amerika. Jadi jangan heran kalau hampir setiap orang di Indonesia mengerti akan facebook dan mungkin mengerti manfaatnya juga.
Saya dapat bertemu kembali dengan teman lama adalah juga dari jasa facebook. Meskipun itu adalah jasa kecil yang ditawarkan facebook untuk kita, karena sekarang Facebook telah menjelma menjadi perusahaan besar yang akan selalu berinovasi dalam mengembangkan manfaat dan kelebihan aplikasinya. Akan ada lebih banyak jasa dan manfaat yang di tawarkan facebook kepada penggunanya.
Seperti yang saya duga, ketika saya datang kerumah teman lama saya itu, ia sedang sibuk dengan laptop dan internetnya. Ia duduk santai di lantai menghadap laptop yang di letakkan di atas meja sofa ruang tamu. Istrinya sedang bersendau gurau dengan anak laki-lakinya yang berumur sekitar dua tahun. Mereka berdua sedang bermain bola plastik dengan bergantian saling lempar. Saya berfikir ada yang aneh dengan pemandangan itu. Sang suami sedang asyik berinternet tanpa benar-benar menghiraukan keberadaan istri dan anaknya. Itu hal ironis menurut saya, betapa tidak, ia bisa menambah teman-teman baru dari dunia maya tapi sebaliknya ia ”meninggalkan” orang-orang yang mencintainya di dunia nyata. Ia sibuk melakukan percakapan atau chating dengan orang yang entah dimana, sedangkan ia meninggalkan percakapan dengan anak dan istrinya yang notabene berada di dekatnya.
Akhirnya saya berkesimpulan bahwa sesuatu yang bermanfaatpun akan menjadi sangat tidak bermanfaat (bahkan cenderung merugikan) bila dilakukan tidak pada waktu dan tempatnya. Seperti internet yang ”powerful” yang diclaim mempunyai banyak sekali manfaat akan berakibat sebaliknya bila kita salah dalam menggunakannya. Masih melihat kasus teman saya diatas, dilain fihak ia bisa sangat-sangat terbantu dengan adanya internet. Apalagi ia adalah salah seorang yang sangat mempercayai dari kegunaan atau manfaat internet. Ia bisa melakukan transaksi banking, mencari alat-alat elektronik yang diidamkan sekaligus melakukan transaksi pembelian, ia juga pernah menjual mobil bekasnya tanpa menawarkan dari mulut kemulut. Ia menemukan orang-orang berpengaruh di Indonesia dan sampai melakukan tukar pikiran dimana hal itu adalah sesuatu yang mustahil baginya terjadi di dunia riil. Ia bangga dengan hal itu. Atau pengalamannya mengerjakan pekerjaan kantor di rumah yang di lakukan secara neworking dengan teman-teman yang berada di kantor bahkan di kota lain. Lebih extrim lagi, ia memesan rendang, makanan kesukaannya via internet. Tidak salahkah bila saya sebutkan bahwa internet memang ”powerful”? Banyak hal yang dulu tidak mungkin sekarang menjadi mungkin.
Tapi pun tak sedikit orang yang menganggap internet adalah salah satu pengaruh buruk dari budaya barat, yang perlu difilter bahkan di blok agar tidak masuk ke masyarakat Indonesia. Diakui atau tidak internet ikut andil dalam mempengaruhi sebuah budaya tertentu dimana bila itu terjadi di wilayah masyarakat transisi maka tidaklah menjadi hal yang tidak mungkin efek-efek negatif juga akan terjadi. Masyarakat yang belum terlalu ”dewasa” dan ”pintar” cenderung keranjingan dengan hal-hal baru yang memasuki kehidupan berkebudayaan. Bila internet masuk di teritori tersebut maka akan banyak hal-hal negatif yang akan ditimbukan ketimbang hal-hal positifnya. Maka tak ayal ketika itu akan ada banyak kelompok-kelompok yang menentang akan perubahan itu. Hal itulah yang harus di cermati. Jangan sampai internet yang diawal tulisan ini disebutkan sebagai sesuatu yang ”powerful” menjadi sesuatu yang menyebabkan penurunan kualitas kehidupan dalam suatu tatanan masyarakat tertentu.
Internet dan hal hal-hal yang menyertai, sebenarmya tak ada bedanya dengan alat publik lainnya seperti televisi, radio, koran, majalah, dan lain-lain. Alat-alat publik itu akan menjadi sangat berdampak positif bila dikelolah dengan baik, namun bisa menjadi alat yang paling mujarab dalam menghancurkan suatu budaya tertentu. Banyak orang termotifasi menjadi baik, pintar, kaya, optimis dan hal-hal positif lainnya, namun ada juga yang termofifasi sebaliknya. Sehingga menurut pendapat saya janganlah kita menyalahkan kemajuan teknologi sebagai perusak budaya kita. Dengan kearifan dan ”kepintaran” kita justeru bisa menggali banyak hal positif (manfaat) dari adanya sebuah teknologi. Internet yang notabene adalah produk dari sebuah kemajuan teknologi juga memberlakukan ”hukum” tersebut. Internet bisa sangat bermanfaat namun bisa sangat merugikan, tergantung masyarakat kita memperlakukannya.
Seperti teman saya yang tak saya sebut namanya di atas, hal positif ia dapatkan dari internet dengan bertambahnya teman-teman baru di dunia maya, namun sebenarnya ia kehilangan kehangatan keluarganya sendiri. Bila kita arif, kita tak akan kehilangan apa-apa dari hadirnya internet menjadi suatu gaya hidup kita namun justeru mendapatkan manfaat yang positif. Jadi selamat berselancar di dunia maya, dunia tiada batas.
(Catatan ini diikutsertakan di Bhinneka Blog Competition dengan tema “Saya, Internet, dan Gaya Hidup” yang diselenggarakan oleh Bhinneka.Com )
0 komentar:
Posting Komentar